Ruanda.my.id: Pendidikan anak merupakan pondasi utama dalam membentuk kualitas sumber daya manusia di masa depan, terutama di era pengetahuan yang berubah cepat. Imajinasi dan kreativitas bukanlah hasil sampingan, melainkan modal penting yang harus dikembangkan melalui stimulasi lingkungan berpikir kreatif (Tuveri & Fadda, 2024).
Orang tua, sebagai pendidik pertama, memiliki posisi signifikan dalam menumbuhkan kreativitas anak melalui komunikasi terbuka, bermain bersama, dan dorongan eksplorasi. Intervensi pengasuhan yang demokratis terbukti mendorong perkembangan kreativitas, terutama pada anak dari latar belakang kurang beruntung.
Di Indonesia, sekitar 88% kepala rumah tangga atau ibu rumah tangga tidak bergelar sarjana. Situasi ini membatasi stimulasi intelektual yang bisa diberikan di rumah, dan membutuhkan pendekatan kreatif dari guru dan sekolah.
Keterbatasan sumber daya orang tua menyebabkan disrupsi pendidikan di lingkungan keluarga sangat kecil, kecuali dalam kasus tertentu di mana orang tua terhubung dengan komunitas berpendidikan dan menyediakan bacaan multidisipliner bagi anak.
Meski demikian, ada anomali. Orang tua dengan latar pendidikan rendah, namun terbuka terhadap informasi dan komunikasi dengan kalangan terdidik, secara aktif menyediakan bahan bacaan referensi bagi anak, hal ini merupakan sebuah intervensi sederhana dengan dampak besar pada kreativitas pendidikan.
Kajian sistematis menegaskan bahwa kualitas interaksi orang tua, termasuk gaya pengasuhan, komunikasi, dan dukungan eksplorasi memengaruhi perkembangan kreativitas anak secara signifikan.
Sekolah menjadi tempat utama di mana anak belajar public speaking, skill yang penting untuk menumbuhkan kepercayaan diri dan kemampuan ekspresi verbal yang masih sangat terbatas di lingkungan rumah tangga.
Selain orang tua, di Sekolah terdapat peran Guru yang bukan hanya pengajar, perannya sebagai fasilitator kreativitas sangat penting. Pendekatan naratif atau bercerita dalam pengajaran keilmuan eksaktapun secara moderen perlu menunjukkan bahwa pembelajarannya meningkatkan minat dan kreativitas siswa.
Skill berbicara di depan umum meningkatkan kemampuan berpikir kritis, retensi materi, dan kesiapan akademik siswa (Nurhayatin dkk., 2023).
Guru yang mahir bercerita tidak hanya menyampaikan materi, tetapi juga membangkitkan imajinasi dan ketertarikan siswa, sesuatu yang telah terbukti mendorong daya pikir kreatif dalam pembelajaran sains.
Storytelling kreatif, seperti penggunaan seni dan narasi, terbukti meningkatkan minat dan keterlibatan siswa terhadap materi pelajaran kompleks.
Integrasi AI, seperti sistem multimodal storytelling (Colin), membantu anak membangun kemampuan bercerita dan narasi melalui interaksi suara dan visual, memfasilitasi perkembangan kreatif dalam cara baru.
Penggunaan media digital seperti platform AI atau podcast edukatif meningkatkan akses belajar interaktif dan berpotensi memperluas inklusivitas pendidikan terutama di wilayah terpencil di seluruh Indonesia.
Ketika guru siap memanfaatkan teknologi, pembelajaran dapat menjadi lebih menarik dan relevan bagi siswa, mendorong kreativitas dan pemahaman lebih dalam.
Namun, banyak guru yang belum siap mengintegrasikan teknologi secara efektif dalam pembelajaran, sehingga menjadi tantangan yang harus diatasi melalui pelatihan dan dukungan sistemik.
Guru perlu didorong untuk terus membangun kompetensi pedagogis, naratif, dan teknologi agar dapat mendampingi siswa dalam perkembangan era digital dengan lebih baik.
Meningkatkan kualitas guru adalah investasi jangka panjang, mereka adalah penentu utama kualitas generasi penerus dan daya saing bangsa.
Indonesia memiliki potensi besar, namun tanpa peningkatan kualitas guru dalam aspek pedagogi dan komunikasi, potensi itu sulit optimal.
Negara seperti India telah menunjukkan keberhasilan dalam menyiapkan generasi muda yang mampu bersaing global, melalui sistem pendidikan dan kualitas pengajar yang kuat.
Indonesia harus belajar dari praktik global, bukan hanya teknologi, tetapi terutama pengembangan sumber daya manusia melalui guru kreatif dan komunikatif.
Pendekatan pendidikan yang ideal melibatkan tiga pilar yakni pedagogi kreatif (storytelling, narasi), integrasi teknologi, dan kemampuan berbicara. Ketiganya penting untuk membentuk siswa yang adaptif dan kompetitif.
Orang tua, meski berpendidikan terbatas, tetap dapat menjadi mitra strategis guru dalam mendukung perkembangan anak melalui komunikasi, dukungan emosional, dan stimulasi kreatif di rumah.
Masa depan pendidikan Indonesia harus inklusif dan adaptif, memadukan peran aktif orang tua dan guru, serta memanfaatkan kreativitas dan teknologi sebagai modal utama.
Public speaking termasuk dalam keterampilan abad ke-21 yang penting membantu siswa mengorganisasi ide, berpikir kritis, dan menunjukkan kompetensi sosial serta akademik.
Pendidikan anak adalah gerakan kolektif antara rumah dan sekolah. Imajinasi, kemampuan berbicara, dan penguasaan teknologi adalah kunci bagi Indonesia mencetak generasi yang siap menghadapi tantangan global.
Publish: @Admin

0 Komentar